Rabu, 17 September 2014

Ketika Idealisme Terbentur Aturan

Tulisan ini adalah refleksi dari percakapan bersama dengan salah seoarang teman.

Sudah sekian lama saya bersama dengan kedua orang teman ini sering bertukar ide dan pendapat, dan terkadang kami saling berbagi passion yang kami rasakan. Awalnya kami memang sama-sama memiliki perhatian yang besar dalam dunia entrepreneur. Meskipun bidang yang kami bertiga geluti tidak sama, tetapi hal itu tidak menghalangi kami untuk saling berbagi dan terkadang saling mengkritisi akan apa yang kami lakukan. Saya bergerak dalam dunia digital, sementara kedua teman saya bergerak masing-masing dalam dunia fashion dan sosial.

Beberapa hari yang lalu saya berkesampatan berjumpa dan berdiskusi dengan Jimpat (salah seorang sahabat yang mengeluti bidang fashion). Perjumpaan kami ini setelah sekian lama Jimpat menjalani pelayanannya disalah satu desa di Pulau Seram, Maluku. Perjumpaan kami ini terasa penuh dengan semangat yang membara, karena biasanya otak kami sudah penuh dengan ide dan pengalaman yang ingin sekali untuk dicurahkan alias curhat.

Dari sekian banyak hal yang kami bicarakan, salah satunya yang sangat menarik perhatian saya adalah ketika ia bercerita tentang perjuangannya untuk menjalani idealisme yang dimiliki ditengah-tengah peraturan yang berlaku dalam pelayanannya. Dari apa yang diceritakannya, saya memahami bahwa perjuangannya tersebut mengalahkan segala rasa lelah yang timbul dalam menempuh tempat pelayananya. Perjuangan untuk menempuh jarak yang begitu jauh dari kota Ambon menuju lokasi pelayanannya di kampung Maraina - Kabupaten Maluku Tengah - Provinsi Maluku,  tidak sebanding dengan perjuangannya dalam menjalani idealisme dan gagasan-gagasan brialiannya ditengah-tengah peraturan yang ada.

Dalam tulisan ini saya tidak menjelaskan perjuangannya secara eksplisit, melainkan saya fokus pada refleksi atas suatu situasi dimana idealisme terbentur dengan peraturan-peraturan yang ada.
Ada beragam cara yang dilakukan oleh tiap-tiap orang bila berada dalam situasi ini. Berikut saya coba paparkan berdasarkan pandangan pribadi saya :

  1. Mengadaptasikan idealisme ke dalam peraturan
    Bagi beberapa orang akan memilih untuk menegosiasikan idealismenya agar dapat tetap dijalankan dalam batasan-batasan yang diatur dalam peraturan-peraturan. Mereka merasa bahwa aturan menjadi hal yang tidak bisa dinegosiasikan, apalagi bila peraturan tersebut dijalankan dalam organisasi yang ortodoks. Alasan lainnya adalah mereka ingin gagasan dan idealisme mereka berjalan dengan resiko sekecil mungkin. Selama masih ada bagian kecil dari idealisme atau gagasan mereka yang masih dapat dijalankan, maka semuanya akan dipandang baik-baik saja.
  2. Mengalah atas aturan yang ada.
    Pilihannya adalah tidak menjalankan gagasan ataupun idealisme yang dimiliki dan memilih untuk patuh sepenuhnya pada peraturan tanpa mengevaluasi sejenak apakah ada kemungkinan untuk menegosiasikan peraturan tersebut. Mereka yang mengambil langkah ini adalah orang-orang yang 100% tidak ingin mengalami resiko apapun atas pemberlakuan peraturan yang ada. Apakah orang yang melakukan langkah ini dapat dikatakan "pengecut", saya tidak dapat langsung menyimpulkan demikian, tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa ada kecenderungan menjadi "pengecut".
  3. Berada diluar organisasi
    Bagi mereka yang mengambil langkah ini menjadi orang-orang benar-benar siap untuk menghadapi resiko dan tantangan yang akan datang. Dapat dikatakan mereka adalah orang-orang yang berani, berani untuk tidak melawan aturan organisasi dan berani untuk menjalankan gagasan atau idealisme mereka. Hal yang pasti dihadapi adalah perjuangan yang akan dimulai dari awal tanpa ada dukungan dari organisasi, dan hal ini akan menguras banyak hal. Umumnya mereka yang berani mengambil langkah ini adalah orang-orang yang benar-benar hidup dalam visi yang mereka miliki.
Apapun langkah yang sudah diambil oleh sahabat saya tersebut, saya mendukungnya seratus persen. Saya berani memberikan dukungan tersebut karena saya melihat sejauh ini hal yang dilakukannya tidak bertentangan dengan peraturan apapun. Jadi sebagai seorang sahabat yang sudah membarikan dukungan kepadanya, sayapun secara moral akan terus ada bersama-sama dengannya dalam melalui idealisme yang sementara dia hidupi.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar